BAB I
PENDAHULUAN
Psikologi komunikasi muncul sebagai konsekuensi dari berkembangnya pendekatan psikologi komunikasi dalam kajian komunikasi. Keeratan hubungan sejarah dan keilmuan antara psikologi dan komunikasi membuat kedua disiplin ini selalu terkait satu dengan lainnya. Psikologi komunikasi sendiri merupakan bagian dari kajian psikologi sosial, yakni salah satu ranah dalam disiplin psikologi. Sebagai dasar dalam memahami mata kuliah psikologi komunikasi, dalam pendahuluan ini kita akan belajar mengenai konsep psikologi sosial dan komunikasi, serta relasi di antara keduanya.
Konsep psikologi sosial sebenarnya muncul dari ranah psikologi dan sosiologi. Walaupun demikian, keduanya memiliki penekanan yang berbeda dalam mengkonsepkan psikologi sosial. Psychologist traditionally focused on individuals and the social stimuli that impinge on them. In contrast, sociologists concerned themselves with the reciprocal relationship between the individual and society, stressing the part that social interaction plays within human life (Stryker, 1977; 1980 dalam Zanden, 1984).
Sedangkan komunikasi sendiri didefinisikan sebagai, “the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)” (Hovland, et. al, 1953: 12 dalam Rahmat, 2004: 3). Komunikasi adalah peristiwa sosial sehingga ketika melakukan analisa komunikasi secara psikologi akan membawa kita pada pendekatan psikologi sosial. Pemahaman terhadap psikologi – khususnya dalam pendekatan psikologi sosial – dan komunikasi, akan menjadi referensi untuk menjelajahi pendekatan yang lebih spesifik, yakni psikologi komunikasi. Seperti halnya psikologi sosial yang memiliki dua penekanan: sosologi dan psikologi; psikologi komunikasi pun memiliki dua penekanan,yakni pada psikologi atau komunikasi. Dalam kajian ini, penekanan psikologi komunikasi adalah pada aspek komunikasinya.
BAB II
KOMUNIKASI SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN
A. Sejarah Ilmu komunikasi
Berdasarkan latar belakang sejarah, ilmu komunikasi telah mengalami perkembangan yang memerlukan waktu cukup panjang. Bermula dari suatu keterampilan tentang persuratkabaran (Zaitungskunde di Eropa, dan Jurnalistik di Amerika) kemudian berkembang dan berubah menjadi suatu disiplin ilmu yang bernama ilmu komunikasi.
1. Perkembangan di Eropa.
Suratkabar sebagai studi ilmiah mulai menarik perhatian pada tahun 1884. studi tentang pers muncul dengan nama Zaitungskunde di Universitas Bazel (swiss, dan delapan tahun kemudian (1892) muncul juga di Universitas Leipzig di Jerman. Kehadiran pengetahuan persuratkabaran ini semakin menarik perhatian ilmuwan. Pakar sosiologi, Max Weber, pada Konggres Sosiologi (1910) mengusulkan agar sosiologi pers dimasukkan sebagai proyek pengkajian sosiologi di samping sosiologi organisasi. Weber pun telah meletakkan dasar-dasar ilmiah bagi pengkajian pers sebagai studi akademik. Sepuluh tahuan kemudian pakar sosiologi lainnya, Ferdinant Tonnies, mengkaji sifat pendapat umum dalam masyarakat massa. Dalam hubungan antara pers dan pendapat umum itulah kemudian yang menaikkan gengsi suratkabar menjadi ilmu dengan nama Zaitungswissenschaft (ilmu suratkabar) pada tahun 1925. dengan demikian persuartkabaran tidak tidak lagi dipandang sebagai keterampilan belaka (Zaitungskunde), melainkan telah tumbuh sebagai suatu disiplin ilmu.
Munculnya radio dan film pada awal abad ke-20 membuka pengkajian baru yang lebih luas daripada suratkabar. Demikian pula dengan berkembangnya kajian mengenai pendapat umum dan kajian retorika, semakin meluaskan disiplin ilmu ini, sehingga tidak dapat lagi ditampung dalam oleh Zaitungswissenschaft. Untuk itu pada tahun 1930 Walter Hagemann mengusulkan dan memperkenalkan nama Publizistik sebagai suatu disiplin ilmu yang mencakup bukan saja suratkabar, tetapi juga radio, film, retorika, dan pendapat umum. Menurut Hagemann, Publisistik adalah ilmu tentang isi kesadaran yang umum dan aktual.
Dalam perkembangan selanjutnya Publisistik semakin mendapat pengakuan sebagai salah-satu disiplin ilmu dalam ilmu sosial. Obyek penelitiannya bukan lagi suratkabar melainkan offentiche aussage (pernyataan umum). Kemudian Emil Dofivat menyebut publisistik sebagai segala upaya menggerakkan dan membimbing tingkah laku khalayak secara rohaniah. Dengan demikian publisistik diakui sebagai suatu kekuatan yang dapat mengendalikan tingkah-laku manusia dan mewarnai perkembangan sejarahnya.
2. Perkembangan di Amerika.
Ilmu komunikasi massa berkembang di Amerika Serikat melalui jurnalistik. Sebagai sutau keterampilan mengenai suratkabar, jurnalistik, sudah mulai dikenal sejak tahun 1970. Namun sebagai pengetahuan yang diajarkan di universitas, barulah mulai dirintis oleh Robert Leo di Washington College pada tahun 1870. pada waktu ini jurnalistik belum mendapat penghargaan ilmuwan, karena diajarkan hanyalah hal-hal yang bersifat teknis. Namun setelah Bleyer memasukkan Jurnalistik sebagai minor program Ilmu Sosial di Universitas Wisconsin tahun 1930-an, mulailah jurnalistik berkembang sebagai suatu disiplin ilmu. Hal ini lebih berkembang lagi setelah Perang Dunia II, karena semakin pakar dari disiplin sosiologi, politik dan psikologi yang melakukan pengkajian berbagai aspek dari suratkabar, radio, film dan televisi. Pada masa ini para pakar tersebut semakin merasa bahwa jurnalistik tidak lagi mampu menampung berbagai pengkajian yang telah mereka lakukan, sehingga perlu memberi nama yang lebih sesuai yaitu ilmu Komunikasi Massa, sehingga obyek kajiannya tidak hanya mengenai suratkabar, melainkan mencakup juga radio, film dan televisi. Keempat media itu disebut media massa. Tokoh-tokoh utama dalam periode ini antara lain Harold D. Laswell, Carl I. Hovland, Paul Lazarsfeld dan Ithiel de Sola Pool. Dasar ilmiah ilmu ini semakin kokoh, dan metodoginya semakin disempurnakan.
Perkembangan ke arah lahirnya ilmu komunikasi dimulai tahun 1950-an. Para ilmuwan sosiologi, politik, dan komunikasi massa mengembangkan studi mengenai pembangunan, terutama ditujukan pada negara-negara yang baru merdeka setelah Perang Dunia II. Hal ini dimaksudkan untuk membantu negara-negara tersebut melakukan pembangunan dan perubahan berencana terutama di bidang ekonomi, sosial dan politik. Berkembangnya studi tentang pembangunan ini seperti sosiologi pembangunan, ekonomi pembangunan, pembangunan politik, dan komunikasi pembangunan, menimbulkan kesadaran bagi para ilmuwan tersebut bahwa ilmu komunikasi massa, dirasa semakin tidak mampu menampung kegiatan ini, sehingga perlu diperluas menjadi ilmu komunikasi saja (massanya dihilangkan). Dengan demikian kajiannya tidak hanya menyangkut media massa saja, tetapi sudah mencakup komunikasi sosial seperti penyuluhan, ceramah dan retorika. Hal ini lebih diperkuat lagi oleh berbagai studi yang menemukan bahwa yang lebih berperan dalan proses perubahan dalam masyarakat terutama dalam penyebaran gagasan baru dan teknologi baru , justru bukan media massa, melainkan komunikasi tatap muka (persona).
Tokoh utama yang telah membawa ilmu komunikasi massa menjadi ilmu komunikasi adalah Wilbur Schramm. Ia adalah seorang sarjana bahasa Inggris yang tertarik kepada kajian komunikasi, karena memimpin sebuah University Press. Schramm yang kemudian memimpin Departemen Komunikasi Massa di Universitas Iowa, dan memimpin penelitian komunikasi di Stanford dan East West Center. Tokoh lainnya adalah Daniel Lerner, dan Everet M. Rogers.
3. Perkembangan di Indonesia.
Kajian ilmu komunikasi di tanah air dimulai dengan nama Publisistik, dengan dibukanya jurusab Publisistik di Fakultas Sosial dan Politik di Universitas gajah mada pada tahun 1950. Juga di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Masyarakat di Universitas Indonesia pada tahun 1959. Demikian juga pada tahun 1960 di Universitas Pajajaran Bandung dibuka Fakultas Jurnalistik dan Publisistik. Melalui proses yang panjang lahirlah Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 107/82 tahun 1982. Keppres ini membawa penyeragaman nama disiplin ilmu ini menjadi ilmu komunikasi.
Beberapa tokoh yang telah berjasa memasukkan ilmu komunikasi ke Indonesia dan kemudian mengembangkannya di Universitas antara lain: Drs. Marbangun, Sundoro, Prof. Sujono Hadinoto, Adinegoro, dan Prof. Dr. Mustopo. Pada tahun 1960-an, deretan tokoh ini bertambah lagi dengan datangnya dua orang pakar dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yaitu Dr. Phil. Astrid S. Susdanto dari Jerman Barat (1964); dan Dr. M. Alwi Dahlan (beliau secara langsung diajar oleh Wilbur Schramm) dari Amerika Serikat (1967).
B. Obyek Kajian Ilmu Komunikasi.
Berangkat dari paparan di atas, obyek studi ilmu komunikasi dengan sendirinya bukan hanya surat kabar (ilmu pers/jurnalistik), bukan pula hanya media massa (ilmu komunikasi massa), atau pernyataan umum (publisistik) melainkan komunikasi atau pernyataan antar manusia.
Harold D. Laswell (1948) dengan paradigmanya ”Who says what in which channel to whom with what effect” menyatakan bahwa obyek kajian komunikasi berupa:
Analisis sumber (komunikator)
Analisis isi (pesan)
Analisis media (saluran)
Analisis khalayak (komunikan)
Analisis efek (dampak).
Lebih mendalam, Garbner (1976) dalam Studies In Mass Comunication, The Anneberg School Of Communications, meyakini bahwa obyek kajian ilmu komunikasi meliputi: Seseorang (komunikator dan komunikan); Persepsi; Reaksi (efek dan efektivitas); Situasi (politik, ekonomi, dan lain-lain); Sarana (media, saluran dan fasilitas); Material (administrasi); Bentuk (struktur, gaya dan pola); Konteks; Isi (makna pesan); danKonsekuensi ((perubahan menyeluruh).
C. Kaitan dengan ilmu lainnya.
Sebelum berdiri sendiri sebagai suatu disiplin dalam kelompok sosial, maka sesuai latar belakang sejarahnya, embrio ilmu komunikasi dipelajari sebagai bagian dari sosiologi di Jerman dan tercakup dalam departemen bahasa Inggris di Amerika. Sudah menjadi nasib bahwa ilmu ini dikembangkan dan diperjuangkan oleh pakar dari disiplin lain, bahkan dasar-dasarnya sebagai kajian ilmiah dan metodologinya berasal dari berbagai disiplin ilmu.
Sejak awal hingga kini, memang banyak ilmuwan dari berbagai disiplin telah memberikan sumbangan kepada ilmu komunikasi. Antara lain Harold D. Lasswell (ilmu Politik), Max Weber, Daniel Lehner, Everet M. Rogers (Sosiologi), Carl I. Hovland, Paul Lazarsfeld (Psikologi), Wilburn Schramm (Bahasa), Shannon dan Weaver (Matematika dan Teknik). Keterlibatan berbagai disiplin ilmu dalam membesarkan ilmu komunikasi ini dimaknai oleh Fisher (1986) bahwa ilmu komunikasi mencakup semua dan bersifat sangat eklektif (menggabungkan berbagai bidang).
Eklektisme dari ilmu komunikasi sebagai suatu bidang studi memang telah membawa hikmah tersendiri, yaitu melahirkan beragam teori-teori komunikasi maupun konsep-konsep tentang komunikasi. Fisher (1986) merangkum konsep-konsep komunikasi dalam empat perspektif, yaitu: Mekanistis; Psikologi; Intereksional; Pragmatis. Pengaruh konsep-konsep ilmu fisika sangat kelihatan pada perspektif mekanistis. Kemudian pengaruh psikologi paling jelas nampak pada perspektif psikologi yang merupakan pengembangan dari perspektif mekanistis dengan menerapkan teori S-R (stimulus-respons). Sedangkan pengaruh sosiologi nampak pada perspektif interaksional (bersumber dari teori interaksi simbolik) dan perspektif pragmatis (bersumber dari teori sistem).
Lahirnya perspektif komunikasi sebagai sumbangan berbagai disiplin, tidaklah menghabiskan hubungan ilmu komunikasi dengan ilmu-ilmu lainnya. Ilmu komunikasi yang telah tumbuh sebagai disiplin sendiri (bersifat eklektif), tentu masih berhak ’bekerja sama’ dengan ilmu-ilmu lainnya. Kerja sama itu kemudian melahirkan berbagai subdisiplin seperti: komunikasi politik (dengan ilmu politik); sosiologi komunikasi (dengan sosiologi); psikologi komunikasi (dengan psikologi); komunikasi organisasi (dengan ilmu administrasi); komunikasi antarbudaya (dengan antropologi); dan lain-lain.
Anwar Arifin (2002) mencatat bahwa sesungguhnya ilmu komunikasi massa ini, hampir sama dengan publisistik di Eropa. Perbedaannya hanya karena studi mengenai retorika, yang dicakup dalam publisistik, berkembang sendiri di Amerika sebagai suatu disiplin tersendiri dengan nama Speech Communication di beberapa universitas. Dengan demikian ke dua bidang itu (ilmu komunikasi massa dan speech communication) masing-masing dikembangkan pada departemen tersendiri, yaitu Departement Speech Communication dan Departement Mass Communication. Dan dalam perkembangan selanjutnya ke dua bidang kajian itu akhirnya menyatu menjadi Ilmu Komunikasi (Communication Science).
Em Griffin (2003) dalam A First Look at Communication Theory, meyakini terdapat beberapa tradisi studi komunikasi. Tradisi-tradisi itu dan kosepsinya tentang komunikasi adalah sebagai berikut:
a. The Socio-Psychological Tradition (komunikasi adalah pengaruh hubungan antar pribadi).
b. The Cybernetic Tradition (komunikasi adalah pengolahan informasi).
c. The Rhetorical Tradition (komunikasi adalah kecerdikan (artful) yang ditujukan kepada publik).
d. TheSemiotic Tradition (komunikasi adalah proses dalam berbagi makna melalui tanda).
e. The Socio-Cultural Tradition (komunikasi adalah penciptaan dan pengundangan(enactment) kenyataan sosial).
f. The Critical Tradition (komunikasi adalah refleksi penolakan terhadap wacana yang tidak adil).
g. The Phenomenological Tradition (komunikasi adalah pengalaman diantara diri dan orang lain melalui dialog).
h. The Ethical Tradition (komunikasi adalah sifat interaksi yang adil dan menguntungkan dari orang-orang).
D. Kajian Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius, dilengkapi oleh biologi dan ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan anthropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial. Beberapa kajian ilmu psikologi diantaranya adalah:
1. Psikologi perkembangan
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan faktor-faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut
2. Psikologi sosial
Bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :
• studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat)
• studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain-lain
• studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, dan persaingan.
3. Psikologi kepribadian
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.
4. Psikologi kognitif
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti: Persepsi, proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang sejarah, ilmu komunikasi telah mengalami perkembangan yang memerlukan waktu cukup panjang. Bermula dari suatu keterampilan tentang persuratkabaran (Zaitungskunde di Eropa, dan Jurnalistik di Amerika) kemudian berkembang dan berubah menjadi suatu disiplin ilmu yang bernama ilmu komunikasi.
Harold D. Laswell menyatakan bahwa obyek kajian komunikasi berupa:
Analisis sumber (komunikator)
Analisis isi (pesan)
Analisis media (saluran)
Analisis khalayak (komunikan)
Analisis efek (dampak).
Sejak awal hingga kini, memang banyak ilmuwan dari berbagai disiplin telah memberikan sumbangan kepada ilmu komunikasi. Antara lain Harold D. Lasswell (ilmu Politik), Max Weber, Daniel Lehner, Everet M. Rogers (Sosiologi), Carl I. Hovland, Paul Lazarsfeld (Psikologi), Wilburn Schramm (Bahasa), Shannon dan Weaver (Matematika dan Teknik). Keterlibatan berbagai disiplin ilmu dalam membesarkan ilmu komunikasi ini dimaknai oleh Fisher (1986) bahwa ilmu komunikasi mencakup semua dan bersifat sangat eklektif (menggabungkan berbagai bidang).
Beberapa kajian ilmu psikologi diantaranya adalah:
1. Psikologi Perkembangan
2. Psikologi Sosial
3. Psikologi Kepribadian
4. Psikologi Kognitif
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Arifin, 2002, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta: Raja Gafindo Persada.
Em Griffin, 2003, A First Look at Communication Theory, McGraw Hill
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Aubrey Fisher, 1986, Teori-teori Komunikasi (penyunting: Jalaludin Rakmat), Bandung: Remaja Karya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi
0 comments
click to leave a comment!