search here and find more articles

Minggu, 18 Januari 2009

Romantisme Tahun Baru

Romantisme Tahun Baru
“Lama aku terpenjara. Membatu. Kau adalah permata hidupku. Jangan jauh dariku.”
Kamis pagi, awal Desember satu pesan muncul di HP ku. Entah siapa pengirimnya. Ku coba menelpon nomor itu, sayangnya operator menjawab “ maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.”
“Sial..!!!” gumamku dalam hati.
SMS tadi pagi masih saja menghantui fikiranku sampai ke sekolah. Tapi semua itu buyar saat memasuki gerbang sekolah karena kebetulan aku berpapasan dengan Andy.
“Hai Miss Telat, tumben berangkat pagi hehehe…”
“Idieh, ngejek banget sich?”
“Just kidding Tiara.”
Aku merespon dengan senyum. Hatiku pun sebenarnya juga tersenyum. Asal tahu saja, aku naksir sama Andy sejak akhir kelas satu dan sekarang kita sama-sama jomblo bahagia di kelas tiga SMA.
Dikelas, aku teringat SMS misterius itu lagi.
Ini salah kirim atau cuma orang iseng? Otakku mulai melogika.
“Lia, kamu tahu ini nomor siapa?” Aku serahkan HP pada Lia. Sahabatku itu hanya menggelengkan kepala.
“Udahlah gak usah terlalu penasaran, SMS biasa kan?”
Aku mengangguk.
***
Tepat seminggu berlalu, SMS itu datang lagi.
“Jangan pernah pudar permataku. Izinkan aku menjagamu”
Aku mengacuhkannya, toh SMS itu tidak akan merubah nasibku. Aku ingin fokus belajar untuk tes semester. Aku takut jika memikirkan SMS itu nilaiku jeblok.
Bisa kena marah Mama. Yang lebih memalukan kalau sampai aku terdepak dari 10 besar. Betapa malunya aku di depan Andy, sang bintang kelas yang Aku mimpikan jadi pangeranku hehehe…
Lagi-lagi SMS itu datang, diminggu ketiga Desember saat aku sedang sibuk tes semester.
“ Satu waktu nanti. Ku tak rela kita cerai berai. Kita berikrar akan sirami kuncup hati.”
Dalam hati aku berterima kasih pada pengirim SMS itu, mungkin dia tahu aku sedang tes. Dia sengaja mengirim pukul 05.00 pagi, seolah-olah ingin membangunkanku agar tidak telat berangkat sekolah.
“Thanks SMS misterius.”
Hidupku mulai berubah sekarang, entah karena apa yang jelas teman-teman di kelas jarang memanggilku “Miss Telat.” . Di sisi lain, Aku pun merasakan Andy lebih perhatian kepadaku, tidak lagi jahil seperti dulu. Sempat aku beberapa kali memergokinya sedang memandangku. Aku hanya tersenyum, hatiku berbunga-bunga, geli dan terbawa selalu bayangan wajahnya ke setiap mimpi-mimpiku. Aku belum berani menafsirkannya lebih jauh.
“Oh Tuhan, Aku gemas sekali padanya.”
Tebakanku tepat. Tanggal 25 Desember, saat gerimis turun di senja hari, SMS misterius itu juga turun. Aku teringat ucapan Lia, “Suatu saat fans gelapmu itu pasti ketahuan juga.” Begitulah Lia menyebut pengirim SMS itu.
Aku benar-benar penasaran. Tak peduli siapapun dia, pokoknya harus aku harus tahu sebelum usiaku bertambah menjadi 18 tahun tanggal 1 Januari nanti.
***
Malam ini kebanyakan orang keluar ke taman kota, mall, cafe dan juga tempat nongkrong lain. Besok tahun baru, Lia dan cowoknya pasti menunggu count down pergantian tahun. Aku kesepian menikmati malam ini, diary kubolak-balik lembar demi lembar, memori tentang sekolah, koleksi foto-fotoku dan Lia dan pastinya tentang Andy.
Semenit lagi tahun baru, aku ingin mengucapkan make a wish kepada Tuhan sebelum aku meninggalkan 2008 dan melangkah ke 2009.
“Ya Tuhan, kumohon maafkan semua dosaku, berikan kebahagian dan tunjukkan keajaiban- Mu. Terima Kasih untuk semuanya Tuhan. Amin.”
“Tit..tit..tit…” HP ku berdering. Mataku terbelalak menatap nomor di layar HP. Itu pengirim SMS misterius. Gumamku dalam hati.
“Halo.”
“Lama aku terpenjara. Membatu. Kau adalah permata hidupku. Jangan jauh dariku. Jangan pernah pudar permataku. Izinkan aku menjagamu Satu waktu nanti. Ku tak rela kita cerai berai. Kita berikrar akan sirami kuncup hati.”
Aku menghirup nafas panjang, fikiranku memutar kenangan minggu lalu.
“Tiara, selamat ulang tahun dan selamat tahun baru.”
Aku membisu, suara ini sangat ku kenal. Sangat.
“An…” dia memotong ucapanku.
“Tiara, Aku sayang kamu. Mau kah kamu menjadi pacarku?”
Hening. Kurasakan tetesan hangat dipipiku. Kenapa Tuhan begitu cepat mengabulkan doaku? Inikah keajaiban?
“Tiara..?” Suara Andy lirih.
“Ya, Andy. Aku juga sayang kamu.”




Surabaya, 211208.
Abimanyu