search here and find more articles

Minggu, 18 Januari 2009

Alasan Lainku Bertahan

Baru saja aku membaca buku-buku kumpulan sajak yang salah satu bukunya ditulis oleh seorang Rieke Diah Pitaloka yang diberi judul RENUNGAN KLOSET. Ada Sajak-sajak yang terangkum dalam satu satu buku tipis 165 halaman. Aku mulai meragukan kemampuanku sendiri atas kecakapanku untuk bias menuli8skan sajak-sajak lain yang ingin aku tuliskan. Apakah ini yang namanya putus asa level akhir? Apakah ada tanda-tanda bahwa aku akan segera binasa dalam dunia tulis.

Seakan-akan sangat sempit isi otakku untuk mengungkapkan dalam baris-baris padu nan mengagumkan. Yang aku bisa baru mencecer kata, memotong lalu merangkainya tanpa tahu akan jadi bentuk apa sajakku nanti. Belum sempat aku menciptakan sebuah gebrakan hidupku ini. Pada dasarnya, aku masih bocah yang angkuh karena merasa dewasa.

Aku kalah saat begitu banyak tulisan yang membanjiri percetakan berbulan-bulan dan media massa yang tersebar di setiap pel;osok kota, tak ada satupun yang berasal dari goresan tintaku. Kenapa? Aku ingin –sangat- bisa andil dilapangan tempur dunia kata. Aku bosan duduk mengamati dari abngku cadangan samapai rapuh sendi-sendiku untuk sekejap tegak berdiri.

Tuhan karena aku percaya dan meminta kepadfamu. Maka aku memohon satu alas an agar aku bisa meninggalkan bangku cadangan ini. Menghadap para pemain dan penonton serta, lslu melangkah pasti menuju pintu keluar dengan visi baru.

Tapi apa alasan itu Tuhan?
Mungkin aku akan menemukan hal baru diluar sana? Sesuatu yang bisa aku tulis dan rancang dalam susunan kata-kata besar yang nantinya akan aku sebar dilapangan? Mungkin inilah pilihan –jelas ini pilihan- yang aklu sendiri tak tahu berap[a besar kemungkinan aku gagal
Ah…sudahlah, hatiku ini terlalu banyak mengadu dan mulutku lebih sering memakai kata-kata negatif. Sudahlah, sakit ini tak boleh berlanjut. Rasanya aku tak perlu lari dari bangku ini. Banyak hal yang akan aku dapat disini. Aku akan dapat disini. Aku akan mulai membakar darahku, aku harus mengamati celah yang bisa aku terjang. Hingga satu hari nanti, aku tampil ditngah lapangan. Didepan mata anggota penghuni dunia untuk menunjukkan karya. Dan karena itulah alasanku untuk bertahan. Mungkin alas an ini telah dipilhkan Tuhan. Ini aku…!! Alasanku…!!

1 comments

click to leave a comment!

Anonim
11:15 PM Delete comments

i know that poem...!!

Renungan Kloset

Ada baiknya,
tak mencatat hidup

dalam lembarlembar buku harian


Suatu masa,

jika membacanya lagi

manis, membuat kita ingin kembali

pahit, membuat duka tak bisa lupa



Ada baiknya,

merenung hidup

dalam kloset yang sepi



Tak perlu malu,

mengenang, tersenyum atau menangis


Setelah itu,
siram semua

bersiap menerima makanan baru

yang lebih baik dari kemarin.


itu pula sempat menggetarkan otakku, menyuruhnya berhenti memerintahkan tangan untuk menulis.

Reply
avatar