-->
Yang membuatku hidup adalah Tuhan. Tapi aku sadar betapa aku tak pernah menomor-satu-kan Tuhan dalam diriku sendiri. Entah kenapa aku bisa merasa begitu mencintai wanita dengan begitu mewahnya, memimpikannya, menatapnya lekat-lekat, menjaganya dari apapun yang mungkin menggoreskan luka dalam dirinya. Tapi aku tak pernah sedikitpun melakukan hal itu kepada Tuhan sang Agung Yang punya segala ada.
Aku mampu memilih perbendaharaan kata yang pantas aku ucapkan, aku surat dan siratkan untuk merayu, membual bahkan mencari tenar untuk diriku sendiri. Sebaliknya, aku seolah kaku kelu pada bibirku ini. Ada semacam perjanjian otak fikiran dan mulut untuk tak terlalu memusingkan diri dengan kalimat yang indah saat berdoa kepada Tuhan. Ya Tuhan …Aku hilang arah, mungkin -oh tidak, tapi- pasti aku berwarna begitu pekat, hatiku seperti comberan yang bau busuk yang bahkan raja lalat pun tak kuas a berlama-lama di tempat angkeh seperti hatiku ini.
Pernah juga aku membayangkan, suatu waktu jika aku mati adakah doa-doa yang dilantunkan kerabatku mampu menambal secarik dosaku pada Tuhan? Bahkan dalam tulisan inipun aku selalu menggunakan kata “Tuhan” bukan “Allah”. Sebenarnya apa yang salah dengan diriku sendiri, apa ini yang namannya masa peralihan? Aku takuk menjadi kafir, aku takut mati, aku takut apapun yang mungkin orang lain tak begitu memikirkannya.
Tuhan..entah siapapun namamu, Tolong, Mohon bukakan hatiku ini. Aku bukan sungkan pada Mu, tapi aku ingin belajar mencintaimu layaknya aku mencintai kedua orang tuaku, bahkan lebih. Karena aku tahu, suatu saat nanti aku kan terpisah dari mereka, tak ada lain selain aku sendiri yang akan memikul segala yang baik dan busuk dariku.
Maafkan Aku Tuhan,
Maafkan Aku Tuhan.
Maafkan Aku Tuhan?
Maafkan Aku Tuhan!
Maafkan Aku Tuhan=
Maafkan Aku Tuhan:
Maafkan Aku Tuhan;
0 comments
click to leave a comment!