Gara-gara ngeyel dan menggebu akan sesuatu, ada kalimat bijak terlontar dari seorang alim untukku, bisa juga ditujukan untuk para anak muda yang searus denganku. “Anak muda zaman sekarang terlalu idealis.” Kalimat itulah yang terlontar dua kali untukku beberapa pekan lalu. Mengkritisi diriku dan merubah seketika pemahamanku tentang hakikat idealisme.
Bapakku mengajari “anak laki-laki harus punya mental, prinsip dan teguh pendiriaannya,” kalimat itu mengerucut pada idealisme. Tapi lontaran kalimat awal tadi, seolah melunakkan apa yang selama ini aku pegang. Entahlah, idealisme terlalu abstrak dikaji, cukup “bagaimana seharusnya bersikap dan bertindak” yang dibahas kali ini.
Aku hanya ingin semua berjalan lancar, dengan cara baru, profesional dan tertata rapi hingga menjadikan semuanya perfeksionis (setidaknya puas dan diatas standar). Namun, berbeda usia berbeda pula jalan fikiran yang ada. Wajar suatu ketika terjadi cek-cok antara anak dan orang tua, meskipun hal kecil saja penyebabnya. Sebenarnya siapa yang harus diikuti? Orang tua dengan gaya tua penuh perhitungan pengalaman atau anak muda dengan gaya muda masa kini sesuaikan zaman. Dilematis dan menggelitik sekali.
Kukira perbedaan fikiran terjadi karena persepsi awal tidak sama antara satu orang dengan yang lain. Untuk menyamakannya pun tidak mudah karena usia menjadi faktor gengsi yang besar. Bagaimana tidak? Yang tua mengatur ini itu tanpa mempertimbangkan masukan yang muda, yang muda bergejolak akhirnya padam dan menjadi mesin bagi yang tua. Itulah kenapa muncul slogan “Yang muda tidak dipercaya? Tanya kenapa?” asalkan kita tidak matikan api, maka kita akan mandiri.This is life, never flat, it’s fact..!!
Semuanya tentu menginginkan yang terbaik, hanya saja cara untuk menuju kebaikan itu berbeda. Banyak rute menuju kesuksesan. Harusnya tua muda selalu beriringan menuju sebuah kesepakatan dan pencapaian kesuksesan bersama. Ketika dihadapkan dengan suatu kebersamaan berarti keduanya harus rukun. Dan salah satu kunci kerukunan adalah kerelaan untuk mengalah, bukan? Siapa yang harus mengalah? Yang muda bergelora? Atau yang tua berpengalaman? Semuanya pantas untuk mengalah, tapi jangan sampai terjadi monopoli kekuasaan. Yang tua bukan Tuhan, yang muda bukan robot. Kita sama-sama manusia, mari memanusiakan manusia dengan gaya dan tutur luhur.
This is not the end, the game just begin..!! it’s game hahaha..!!
0 comments
click to leave a comment!